Tanah Makam Tolobali Di Jadikan Tempat Budidaya Pohon Jati

Uma Solud - Kota Bima, Sejumlah warga dan tokoh masyarakat Kelurahan Sarae, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, mempermasalahkan status kepemilikan kayu jati di tanah makam seluas 4,5 hektar. Pasalnya, tanah itu merupakan tanah wakaf pemberian dari Kesultanan Bima untuk dipergunakan sebagai tempat makam, bukan untuk dijadikan tempat budidaya kayu Jati.

Perubahan status tanah makam menjadi tempat budidaya jati telah membuat sejumlah warga dan tokoh masyarakat Sarae merasa keberatan. Ahli waris makam merasa kesulitan mencari makam leluhur di lokasi tersebut akibat tertutup oleh pohon tanaman yang semakin tinggi baik daun, dan semak liar.

“tahun 2007 kemarin katanya, pohon jati ini hanya untuk ditanam sementara setinggi dua meter, kemudian akan di pindahkan, tetapi sampai sekarang pohon jati ini tumbuh hingga merusak kuburan sanak keluarga kami ” kata Marwan (39) warga Sarae.

Banyak ahli waris makam berkeluh kesah dengan adanya kayu jati di atas makam, apalagi pihak kelurahan seolah-olah tidak menghormati para leluhur yang telah berpulang ke jalan Allah SWT yang dimakamkan di makam tersebut.

“sangat menyedihkan sekali melihat makam saudara dan leluhur kami rusak akibat tumbuhnya pohon jati ini,” kata Dahlan (45) warga kelurahan Sarae, kepada Uma Solud Minggu (25/8/2013) kemarin.
Keprihatinan yang paling menyedihkan bagi apara ahli waris terjadi pada setiap menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.

Sanak saudara dari yang meninggal dan dimakamkan di tanah tersebut merasa kebingungan mencari tempat makam keluarganya, mengingat makam tertutup tanaman yang sudah siap panen, sehingga keluarga merasa sulit untuk memberikan dan berkirim doa.(FN)