Uma Solud - Kota Bima, Rendahnya upah minimum (di Kota Bima sebesar Rp.400 ribu per bulan), yang hanya cukup untuk hidup dua minggu, juga menunjukkan tingkat kesejahteraan pekerja masih sangat memprihatinkan untuk kesejahteraan para buruh angkut di pelabuhan Bima, sebab pertumbuhan Ekonomi terus meningkat dan kebutuhanpun semakin bertambah.
”Terutama pekerja di sektor transportasi, termasuk pelaut di kapal antar pulau, buruh pelabuhan, dan supir truk,” kata koordinator persatuan buruh Bima (PBB)Yusuf (45) kepada Uma Solud kemarin Sabtu (20/04/2012).
Hal ini menurutnya dapat menimbulkaan kesenjangan ekonomi dan sosial semakin melebar dan tidak seimbang antara upah minimum para buruh, yang bila tidak segera diatasi dengan baik, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang sangat signifikant di masa mendatang.
Yusuf menambahkan, rencana pemerintah membangun dan memperbesar pelabuhan sebelah utara sebagai pengembangan pelabuhan Bima dibarengi dengan pengadaan SDM yang trampil untuk mengoperasikan alat-alat berteknologi tinggi dan terjaminnya kesejahteraan pekerja.
”Dengan peningkatan ketrampilan, pekerja pelabuhan dapat menikmati hasil pembangunan infrastruktur dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Upah buruh pelabuhan di Bima saat ini terendah di wilayah timur. Hanya Rp 30.000 sehari dengan 15 jam kerja dalam sebulan,” kata Yusuf
Kondisi tersebut, lanjutnya, akan lebih parah jika pemerintah jadi menaikkan tarif dasar listrik (TDL). ”Masyarakat kecil, termasuk buruh, akan lebih menjerit jika kenaikan TDL juga diberlakukan kepada pelanggan 450 watt, untuk biaya kesehariannya aja para buruh sangat susah apalagi perbulan kata Yusuf.(AF)
Nasib Buruh Bongkar Muat Di Pelabuhan Bima Masih Memprihatinkan
Written By Unknown on 20 Apr 2013 | 15.12
Label:
Berita Kampung,
Sosial
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !