Uma Solud - Jatiwangi, Alat trasportasi kereta berkuda ini masih dianggap efektif bagi sebagian warga di kawasan Jatiwangi, meski di sana juga tersedia trasportasi ojek atau bemo, tapi masyarakat masih punya ketergantungan dengan dokar. Buktinya banyak warga atau pelajar yang secara berombongan atau sendiri-sendiri menggunakan dokar. Dengan hanya Rp 2.000 (tarif normal) dan Rp 1.000 (tarif pelajar), para kusir benhur ini tetap menjalankan transporasi itu dengan nyaman dan tenang.
Tidak merasa tersaingi dengan adanya ojek sepeda motor dan bemo? "Kami sama sekali tidak terganggu, rejeki orang itu kan sendiri-sendiri, buktinya sampai sekarang kami rukun-rukun saja dengan tukang ojek," kata Boa (39), salah seorang sais benhur di Jatiwangi yang ditemui Uma Solud Jum`at pagi(03/08/2012).
Di Jatiwangi, Jatibaru, kini terdapat sekitar 50 buah benhur. Inilah sisa Benhur kota Bima yang masih ada, Kata Boa.
Secara kepemilikan, diantara mereka, ada beberapa yang memiliki Benhur dan kuda sendiri, tapi ada juga yang menjalankan Benhur milik orang lain. yang terakhir ini, "Saya harus setor ke Istri Rp 30 ribu perhari," kata Boa yang merasa berat dengan setoran itu. "Karena saya harus memberi makan anak-anak dan biaya sekolah mereka," kata Boa
Ketika Transport tradisional tersisihkan oleh Zaman
Written By Fahrurizki on 2 Agu 2012 | 23.10
Label:
Berita Kampung,
Sosial
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !