Raba Dompu sejak zaman kesultanan Bima
tahun 1920 turut andil meningkatkan perekonomian kesultanan di kala itu.
Tembe Ngoli di ekspor ke makasar, flores dan Jawa.
Masyarakat di Raba Dompu mempunyai
kebiasaan atau Budaya lokal yaitu tiap keluarga mesti ada yang bisa
menenun satu atau dua orang anak perempuan, karena sejak kecil mereka
harus diajarkan menenun, sehingga sampai sekarangpun Budaya dan
Rutinitas itupun masih tetap di pakai oleh masyarakat Raba Dompu untuk
tetap menjaga warisan nenek moyang mereka yaitu menenun tapi bahasa yang
sering dipakai oleh masyarakat Bima yaitu Muna Tembe (menenun sarung).
Yang menarik di Raba Dompu yaitu jam 9
pagi hingga jam 1 siang suara alat tenun menggema di seluruh kampung
dengan nada yang berbeda-beda, sehingga nampak seperti ada acara bagi
orang yang belum pernah mengunjungi Raba Dompu.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !