Terdapat kesalahan persepsi dimana Budaya Bima dianggap
bisa merepresentasikan modernitas. Padahal Budaya Bima suatu identitas diri.
Oleh karena itu orang-orang jarang menjaga dan belajar Budaya Bima dan jarang
menggunakan bahasa Bima yang baik, apakah takut di bilang nggak gaul dan
modern, karena menggunakan bahasa Bima?
Di dunia pendidikanpun tidak menjadikan mata pelajaran kesenian
Bima sebagai pelajaran wajib, melainkan hanya muatan lokal, sehingga anak-anak
sekolah cenderung menyepelekan pelajaran Budaya dan kesenian Bima. Diharapkan
adanya upaya pihak sekolah yang mengajarkan kesenian berupa Gantao, Buja
Kadanda dan kesenian Bima yang lainnya.
“sebenarnya biar Budaya Bima tetap lestari, anak-anak
Sekolah Dasar semestinya diajarkan Kesinian dan budaya Bima, entah itu berupa
pelajaran sejarah Bima atau pelajaran alat musik tradisional Bima” kata Alan
Malingi (43).
Ruslan Muhammad atau lebih di kenal dengan nama Alan Malingi
adalah tokoh Budayawan dan Sejarahwan muda yang tetap aktif dan sering
melakukan kegiatan Budaya di Bima, di tengah kesibukannya sebagai PNS di Pemerintahan
Daerah Kabupaten Bima, sesuai dengan talentanya Alan Malingi tetap aktif menulis
mengenai sejarah dan budaya Bima, karya tulis yang dihasilkannya antara lain
Novel Wadu Ntanda Rahi, Temba kolo, dan Nika Baronta Novel sejarah yang mendapatkan salah
satu nominasi di Ubud Festival tahun 2012.
“Banyak potensi Bima yang bisa kita andalkan untuk
pariwisata, dan budaya kita juga bisa dikenal bila kita terus mempelajarinya
dan menulisnya seperti yang saya lakukan di blog pribadi saya biar dunia luar tahu budaya dan sejarah Bima” kata pria
kelahiran 20 April 1973 ini.
Menindak lanjuti menipisnya pengetahuan budaya dan
sejarah Bima dalam kehidupan masyarakat
perlu ditumbukan lagi kepekaan terhadap budaya sendiri, supaya tidak salah
berorientasi. Melalui keluarga generasi penerus ditanamkan sejak kecil tentang
budaya dan kearifan lokal, dapat dimulai dengan menceritakan mpama mpemo
(cerita lokal) dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah sebagai pendidik setelah
keluarga ikut menanamkan budaya dan kearifan lokal terhadap generasi penerus.
Media massa yang berperan sebagai penyebar luas informasi sebaiknya lebih
selektif dalam memilih berita, dan muatan budaya lokal di berikan porsi lebih.
Sehingga masyarkat tidak kehilangan identitas dirinya.
Generasi di Bima harus wajib mengetahui budaya dan
sejarahnya sendiri, oleh sebab itu hal utama yang perlu di lakukan oleh
Pemerintah Daerah yang terkait, mau membina mereka melalui jalur lingkungan
sekolah mereka, dan mendirikan sanggar untuk anak-anak usia dini. Kata Alan
malingi saat berdiskusi depan rumahnya sabtu malam (20/10/2012) kemarin. (FN)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !