Headlines News :
Home » , » Alan Malingi : Memelihara Warisan Budaya Sejak Dini

Alan Malingi : Memelihara Warisan Budaya Sejak Dini

Written By Fahrurizki on 22 Okt 2012 | 19.02



Terdapat kesalahan persepsi dimana Budaya Bima dianggap bisa merepresentasikan modernitas. Padahal Budaya Bima suatu identitas diri. Oleh karena itu orang-orang jarang menjaga dan belajar Budaya Bima dan jarang menggunakan bahasa Bima yang baik, apakah takut di bilang nggak gaul dan modern, karena menggunakan bahasa Bima?

Di dunia pendidikanpun tidak menjadikan mata pelajaran kesenian Bima sebagai pelajaran wajib, melainkan hanya muatan lokal, sehingga anak-anak sekolah cenderung menyepelekan pelajaran Budaya dan kesenian Bima. Diharapkan adanya upaya pihak sekolah yang mengajarkan kesenian berupa Gantao, Buja Kadanda dan kesenian Bima yang lainnya.

“sebenarnya biar Budaya Bima tetap lestari, anak-anak Sekolah Dasar semestinya diajarkan Kesinian dan budaya Bima, entah itu berupa pelajaran sejarah Bima atau pelajaran alat musik tradisional Bima” kata Alan Malingi (43).

Ruslan Muhammad atau lebih di kenal dengan nama Alan Malingi adalah tokoh Budayawan dan Sejarahwan muda yang tetap aktif dan sering melakukan kegiatan Budaya di Bima, di tengah kesibukannya sebagai PNS di Pemerintahan Daerah Kabupaten Bima, sesuai dengan talentanya Alan Malingi tetap aktif menulis mengenai sejarah dan budaya Bima, karya tulis yang dihasilkannya antara lain Novel Wadu Ntanda Rahi, Temba kolo, dan Nika Baronta Novel sejarah yang mendapatkan salah satu nominasi di Ubud Festival tahun 2012.

“Banyak potensi Bima yang bisa kita andalkan untuk pariwisata, dan budaya kita juga bisa dikenal bila kita terus mempelajarinya dan menulisnya seperti yang saya lakukan di blog pribadi saya biar dunia luar tahu budaya dan sejarah Bima” kata pria kelahiran 20 April 1973 ini.

Menindak lanjuti menipisnya pengetahuan budaya dan sejarah Bima  dalam kehidupan masyarakat perlu ditumbukan lagi kepekaan terhadap budaya sendiri, supaya tidak salah berorientasi. Melalui keluarga generasi penerus ditanamkan sejak kecil tentang budaya dan kearifan lokal, dapat dimulai dengan menceritakan mpama mpemo (cerita lokal) dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah sebagai pendidik setelah keluarga ikut menanamkan budaya dan kearifan lokal terhadap generasi penerus. Media massa yang berperan sebagai penyebar luas informasi sebaiknya lebih selektif dalam memilih berita, dan muatan budaya lokal di berikan porsi lebih. Sehingga masyarkat tidak kehilangan identitas dirinya.

Generasi di Bima harus wajib mengetahui budaya dan sejarahnya sendiri, oleh sebab itu hal utama yang perlu di lakukan oleh Pemerintah Daerah yang terkait, mau membina mereka melalui jalur lingkungan sekolah mereka, dan mendirikan sanggar untuk anak-anak usia dini. Kata Alan malingi saat berdiskusi depan rumahnya sabtu malam (20/10/2012) kemarin. (FN)




Photobucket
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Topik Populer

Arsip Blog

Untuk Berlangganan, masukan email anda:

 
Support : Bimaku Tanahku | Kampung Media |
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. KM Samparaja - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template