Yang harus kita persiapkan di menghadapi bulan Ramadhan itu tak hanya fisik saja, tapi juga ilmunya. Kalau mau puasa harus tahu juga ilmunya, karena jadi tak bernilai ibadah jika tak sesuai dengan ilmunya. Katanya si Uje (ustad jefri) belajarlah ilmu fiqihnya dan tasawuf. Fiqih itu untuk mempelajari dari segi hukumnya, syarat, sunnah dan lainnya. Sedangkan kalau tasawuf itu belajar dari segi maknanya, rohaniahnya.
Setiap bulan puasa yang selalu saya ingat adalah ketika saya pernah ikutan santri musiman. Ikut mondok di salah satu pesantren tradisional di Blitar. Ini pengalaman yang tak terlupakan, mulai awal puasa sampai 20 hari nyantri di pondok yang benar-benar tidak saya bayangkan. Semua terkesan tradisional, pengajaran, santrinya dan lingkungannya. Ngaji kitab kuning seharian pada jam-jam tertentu, tapi saya juga tidak ikut semuanya malah banyak tidurnya Yang paling terkesan adalah untuk berbuka dan sahur itu masak sendiri. Dengan alat dapur yang gantiaan antar kamar. Sayurannya pun nyari di kebun, langganannya bayem dengan dimasak bening, atau santan dengan ampasnya
Bulan Ramadhan itu katanya bulan yang Tuhan lagi obral pahala, bayangkan saja tidur bernilai ibadah, setiap nafas dihitung berdzikir padaNya. Apalagi yang memang bernilai ibadah. Ada banyak sunnah yang bisa dilakukan di bulan Ramadhan. Pelajaran yang saya ingat, bertadarus, memberi berbuka, menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur dan lain sebagainya. Adzan maghrib adalah satu yang sering ditunggu di bulan ini.
30 hari ke depan banyak kesempatan bagi saya (mengingatkan diri sendiri)untuk mencari berkah Ramadhan, berlomba-lomba untuk mengumpulkan pahala. Puasa itu tak hanya menahan makan dan minum tapi juga menahan hawa nafsu. Tidak hanya puasa secara lahiriah saja, tapi rohaniah juga berpuasa. Mencoba untuk melembutkan hati ini yang mungkin sudah mulai mengeras dengan kehidupan duniawi. Selamat menunaikan ibadah puasa
Oleh : Kurnia Septa
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !