Jara Wera adalah sebuah atraksi yang
dimainkan dengan menggunakan seekor Kuda yang berasal dari Wera. Jika dilihat
ritmis atraksi Kuda Wera ini sepertinya merefleksikan semangat heroisme dan
aspek kemiliteran jaman dulu ,yaitu sebuah pasukan kavaleri berkuda.Ini bisa
dilihat dari gerakan atraksi kuda Wera yang dinamis,ritmis dan agresif,layaknya
gerakan pasukan berkuda ditengah medan peperangan.
Mengenai Sejarah asal Kuda Wera konon katanya adalah bentuk dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Sultan Abdul Khair Sirajudin (1635-1681)dalam menghadapi penjajah Belanda di Gowa. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa Kuda Wera adalah menggambarkan kisah perjuangan para Kavaleri Kesultanan Kuda, yang dibantu oleh Dou Wera (oarang Wera), melawan pemberontakan Salisi.
Mengenai Sejarah asal Kuda Wera konon katanya adalah bentuk dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Sultan Abdul Khair Sirajudin (1635-1681)dalam menghadapi penjajah Belanda di Gowa. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa Kuda Wera adalah menggambarkan kisah perjuangan para Kavaleri Kesultanan Kuda, yang dibantu oleh Dou Wera (oarang Wera), melawan pemberontakan Salisi.
Kesenian atraksi kuda Wera ini lebih populer di kalangan orang Wera tersendiri.Biasanya kuda Wera ini ditampilkan dalam event event tertentu misalnya menyambut Maulid Nabi atau lebih dikenal dengan acara Hanta Ua Pua,sebagai acara syukuran atas Doa yang dikabulkan Yang Maha Kuasa.
filosofi Kuda Wera sendiri merupakan perwujudan masyarakat Wera dalam pengabdian mereka pada Kesultanan Bima dan kepada Sultan, Kuda Wera mempunyai nilai kehormatan tersendiri bagi para penunggangnya. Konon katanya para penunggang kuda ini diisi dengan ilmu Supranatural atau Ilmu Magis Wera yang sangat terkenal sehingga para penunggangnya kadang kala kesurupan.
Sepertinya ini adalah merefleksikan
bentuk kekuatan supranatural yang berkembang dilingkungan Kesultanan Bima. Dan
juga merupakan aspek non militer pada saat perlawanan terhadap penjajah
Belanda.
Menurut cerita bahwa Kuda Sultan Abdul
Khair Sirajuddin (Sultan Bima ke-2) yang bernama La Manggila merupakan kuda
yang berasal dari Wera, di mana Sultan pernah menunggangi dalam suatu perang
yang maha dahsyat di Gowa atau lebih dikenal dengan perang Somba Opu, dan
orang-orang Gowa menjuluki Sultan dan Kudanya dengan sebutan “yang tak
terkalahkan”.(FN)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !